Sigi, SeruanRakyat.online – Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, kembali dihantam banjir bandang. Kali ini, banjir bandang menghantam wilayah Kecamatan Marawola, tepat Dusun Tiga, Desa Beka.
Berdasarkan informasi yang berhasil Redaksi himpun, curah hujan yang tinggi pada wilayah tersebut, terjadi sejak pukul 18.00 WITA. Hingga Pukul 22:45 WITA, curah hujan yang tinggi tersebut masih terjadi.
Hal ini, membuat sejumlah warga Dusun Tiga, Desa Beka, Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi tersebut, terpaksa harus melakukan evakuasi ddiri. Sejumlah warga Dusun Tiga Desa Beka tersebut, terpaksa mengungsi sementara ke wilayah Dusun Satu yang saat ini, merupakan tempat yang cepat terjangkau dan masih aman.
Masih berdasarkan informasi yang berhasil media ini himpun, banjir bandang tersebut membawa material lumpur dan merendam sekitar 50 rumah warga Dusun Satu, Desa Beka Kabupaten Sigi.
Sementara itu, berdasarkan. Informasi yang terhimpun dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, pada 26 Maret 2021.
Secara rinci, kejadian banjir bandang Kabupaten Sigi, terjadi pada Jumat, 26 Maret 2021 Jam . 20.00 Wita. Informasi tersebut diperoleh tim sekitar pukul 22:45 WITA. Kemudian, tim langsung bergerak sekitar pukul 23:00 Wiita, dengan jarak tempuh sekitar 20 KM dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu.
“Pada tanggal 26 Maret 2021 jam 20.00 WITA terima info Dari BPK gauyus (BPbd Kota Palu). Melaporkan bahwa pada tanggal 26 Maret jam 20.00 WITA , telah terjadi hujan deras dan yang mengakibatkan banjir pada sungai Beka yang berlokasi di Desa Beka, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Sampai saat ini, masyarakat masih melakukan evakuasimandiri. Mohon bantuan SAR,” demikian keterangan kronologis kejadian berdasarkan informasi yang masuk ke Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu.
Atas laporan tersebut, Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, menerjunkan Tim SAR nyake lokasi kejadian untuk bergabung langsung dengan tim SAR gabungan lainnya yaitu, Kansar Palu, sebanyak Enam Orang, BPBD Sigi Empat Orang, BabinsaDua orang serta BabinkamtibmasDua orang.
Selain itu, Tim Kansar Palu, turut membawa sejumlah peralatan lapangan untuk proses evakuasi dan sejumlah peralatan medis serta APD COVID-19.
Sejak Tiga Tahun Terakhir, Kabupaten Sigi Jadi Langganan Banjir pada Musim Penghujan
Untuk diketahui, sejumlah titik wilayah Kabupaten Sigi ini, kerap kali terjadi banjir bandang. Berdasarkan penelusuran media ini pada berbagai sumber informasi. Tercatat, hampir setiap tahun pada musim penghujan di Sulawesi Tengah, kabar banjir bandang datang dari Kabupaten Sigi ini.
Parahnya lagi, kemampuan warga dalam membaca situasi dan kondisi alam berbekal pengalaman,menjadi satu-satunya pengetahuan yang mampu diandalkan warga saat ini. Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi, terkesan tidak memiliki kesiapandalam mengantisipasi atau sekedar memberikan informasi peringatan dini kepada warganya.
Padahal, bencana yang sama kerap terjadi pada sejumlah wilayah di Kabupaten ini. Parahnya lagi, ketidaksiapan pemerintah ini, disinyalir karena pemerintah belum ‘membekali diri’ dengan peta rawan bencana alam melalui OPD terkait.
Hal ini pun, turut didukung dengan tindakan Pemerintah Darah (Pemda) Kabupaten Sigi, yang terkesan tidak sigap untuk Langsung terjun ke lapangan membantu proses evakuasi warga.
Sehingga, membuat warga masih harus terpaksa melakukan evakuasi diri secara mandiri, ke tempat yang menurut pengetahuan mereka aman dari bencana susulan.
Masih berdasarkan hasil penelurusan sejumlah informasi. Pasca bencana alam, Gempa Bumi dan Likuifaksi menghancurkan sekitar hampir setengah pemukiman penduduk wilayah ibukota Kabupaten Sigi dan beberapa wilayah lainnya, tahun 2018 silam.
Intensitas bencana banjir dan longsor pun, seakan meningkat. Bahkan, beberapa tempat pun, dianggap sudah tidak layak untuk menjadi kawasan pemukiman penduduk lagi.
Sementara itu, masyarakat Kabupaten Sigi sendiri, masih menanti solusi yang pasti dari petinggi daerah ini.
Berdasarkan analisis hasil penelurusan media ini kebeberapapihak sejak Tiga tahun terakhir, dengan menggunakan berbagai metode.
Tim Redaksi media ini, sejumlah tempat pemukiman warga pada wilayah, kini terkesan menjadi titik-titik yang rawan terhadap bencana alam.
Mencuatnya potensi yang memungkinkan Pemda melakukan relokasi terhadap warga yang tinggalpada sejumlah titik rawan bencana pun, telah beredar kepermukaan sejak tahun 2019.
Namun, sayangnya sampai saat ini, masih ada warga yang belum terealisasi dari tempat yang rawan bencana. Relokasi lagi-lagi terkesan masih menjadi sebatas wacana.