PALU,Seruanrakyat.online– Lima penulis buku cerita anak dwibahasa (bahasa daerah- Indonesia), asal Parigi Moutong, ikut peluncuran buku bersama Balai Bahasa Sulawesi Tengah, Sabtu 28 Desember 2024.
Lima penulis buku itu, yakni Syilva Muslimah yang menulis buku berjudul Nojagai Toe (Menjaga Eboni) dan Nemo Malau, Bogi! (Jangan Pergi, Bogi!) dalam bahasa Kaili dialek Tara, Pardi S Salama yang menulis buku Si Memise Gula Tapo (Si Manis Gula Tapo) dalam bahasa Dondo dialeg Tialo.
Kemudian, Mardatillah yang menulis buku Loonguramungge Mohebate (Daun Kelor Istimewa) dalam bahasa Dondo dialek Tialo, Nur Asma yang menulis buku berjudul Enge ante Kima (Enge dan Kima) dan cerita Montong i Vua Momi (Montong si Buah Manis) dalam bahasa Kaili dialeka Rai, serta Widat Zahira yang menulis buku berjudul Gobi si Goroba Boti (Gobi si Gerobak Pengantin) dalam bahasa Kaili dialeg Rai.
Kepala Balai Bahasa Sulawesi Tengah, Dr. Asrif M.Hum., mengatakan, hadirnya buku cerita anak dwibahasa selama dua tahun berturut-turut ini merupakan upaya untuk meningkatkan minat baca sekaligus melestarikan bahasa daerah yang terancam punah.
“Buku anak yang dalam satu halaman terdapat satu kalimat, dengan hurufnya besar- besar membuat anak bisa membaca sampai tuntas dan mengambil pesan dari cerita tersebut,” terangnya.
Dia menambahkan, harus diakui masyarakat Sulawesi Tengah kurang memiliki budaya baca, sehingga secara alamiah itu diwariskan turun temurun.
“Kita bukan dalam tradisi budaya masyarakat yang suka membaca,” jelasnya.
Bahkan yang juga perlu menjadi perhatian rendahnya minat baca, adalah tidak tersedianya buku yang sesuai.
“Kita merasa bahwa dengan banyak buku masalahnya selesa. Padahal, minat baca bagi anak-anak perlu dipicu. Selama ini kita picu menggunakan buku umum namun itu bukan level bahasa mereka,” ujar Dr Asrif.
Dia berharap, adanya buku bacaan anak dwibahasa ini menjadi pemicu dan pemacu bagi masyarakat khususnya anak-anak untuk mencintai buku dan bangga dengan bahasa daerahnya.