NASIONAL, Seruanrakyat.online – Ada empat strategi memitigasi untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada sektor peternakan.
Melansir laman okezone.com, pertama, pengelolaan sumber daya lahan, antara lain penerapan padang rumput yang lebih baik, intensifikasi pola makan ternak, perubahan bibit ternak, pengurangan tingkat penebaran, dan menurunkan intensitas penggembalaan.
Menurut Havlik dkk. (2014), pengurangan emisi yang signifikan dapat dicapai melalui perubahan ke sistem peternakan yang lebih efisien dan tidak memerlukan banyak lahan.
Kategori mitigasi tentang penggunaan lahan lainnya terkait penyerapan karbon, terutama berhubungan dengan produksi pangan asal tanaman.
Tindakan penyerapan karbon mencakup penggunaan pengolahan tanah konservasi, pemilihan tanaman dengan hasil lebih produktif, pengurangan deforestasi, konversi lahan pertanian menjadi padang rumput, dan perbaikan spesies rumput.
Kedua, pengelolaan fermentasi enterik. Secara global, peternakan menempati sekitar 26 persen lahan, sepertiga lahan peternakan digunakan untuk memproduksi pakan ternak.
Fermentasi enterik merupakan sumber utama emisi metana dari ternak ruminansia. Sumber emisi ini dapat dikurangi melalui pengelolaan pola makan dan genetika.
Strategi nutrisi dan pemberian pakan seperti meningkatkan kecernaan hijauan dapat mengurangi emisi metana enterik sebesar 2,5–15 persen per unit susu yang diproduksi.
Pengurangan emisi ini lebih signifikan dapat dicapai jika dikombinasikan dengan pendekatan genetik dan pengelolaan pakan.
Bahan tambahan dan suplemen pakan, seperti antibiotik, lipid, biji-bijian, dan ionofor, juga telah terbukti dapat menurunkan emisi metana enterik.
Ketiga, pengelolaan kotoran ternak. Kotoran ternak menghasilkan emisi nitrogen oksida dan metana. Sebagian besar terkait dengan metode penyimpanan dan penanganan.
Hal ini mencakup durasi penyimpanan yang lebih singkat, suhu penyimpanan yang lebih rendah, pemisahan kotoran padat-cair, dan penggunaan air yang lebih sedikit.
Proses pencernaan anaerobik, dimana mikroorganisme memecah kotoran ternak tanpa adanya oksigen, menghasilkan campuran biogas terutama metana dan karbondioksida. Biogas yang ditangkap digunakan sebagai bioenergi untuk menghasilkan panas atau listrik.
Pengolahan anaerobik dapat menghasilkan pengurangan emisi GRK sebesar lebih dari 30 persen dibandingkan dengan pengolahan kotoran tradisional.
Penyesuaian pola makan hewan dapat mengubah volume dan komposisi kotoran sehingga dapat mengurangi emisi dari kotoran.
Keempat, pengelolaan pupuk. Upaya yang dilakukan meliputi pemanfaatan nitrogen yang dilepaskan, penerapan presisi, pupuk organik, pemuliaan tanaman, modifikasi genetik, dan perubahan spesies tanaman.
Praktik lain yang dapat dilakukan terkait pengurangan emisi dari produksi pakan adalah dengan mengubah jenis pakan ternak.
Potensi penggunaan protein mikroba sebagai pengganti pakan, yang dapat menggantikan 10–19 persen kebutuhan protein pakan ternak berbasis tanaman konvensional, yang menghasilkan pengurangan emisi GRK pertanian sebesar 7 persen.
Dalam hal ini, Pemerintah perlu terus-menerus memfasilitasi mitigasi ini dengan meningkatkan program Unit Pengolahan Pupuk Organik.
Selain itu, peternak perlu budidaya ternak yang baik menggunakan bibit unggul dan pakan bermutu disertai kegiatan mitigasi GRK berupa pengomposan kotoran untuk pupuk dan pembuatan biogas.
Melansir : https://economy.okezone.com/read/2024/02/27/320/2975973/strategi-mitigasi-emisi-gas-rumah-kaca-sektor-peternakan