Seruanrakyat.online, NASIONAL – Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek, Hafidz Muksin mengatakan, literasi digital menjadi kunci penting untuk membuka pintu akses pada dunia pengetahuan yang tak terbatas.
“Dengan memiliki literasi digital yang kuat, individu akan lebih mampu menghadapi tantangan informasi yang kompleks dan berkembang secara lebih baik dalam masyarakat yang semakin maju secara teknologi,” ujarnya, di Plaza Insan Berprestasi Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Sabtu (28/7) melansir kemdikbud.go.id.
Saat ini, literasi tidak lagi terbatas pada kemampuan membaca dan menulis saja, tapi juga mencakup kemampuan memahami, menyaring, dan menyajikan informasi dengan cerdas dalam lingkungan digital.
“Dengan memiliki literasi digital yang baik, anak-anak Indonesia akan lebih terampil dalam menggunakan teknologi secara bijaksana, memahami risiko yang mungkin muncul, dan dapat menghindari penyalahgunaan teknologi,” tukasnya.
Kata ia, cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi, telah mengalami transformasi besar akibat kemajuan teknologi ini, hal itu berarti tantangan baru juga akan muncul seiring dengan peluang yang datang.
Kecakapan dalam menghadapi perubahan dengan bijaksana dan proaktif agar dapat meraih manfaat maksimal dan optimal dari perkembangan teknologi yang pesat ini adalah dengan mewujudkan lingkungan digital yang sehat dan positif.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Woro Srihastuti Sulistyaningrum mengungkapkan, banyaknya anak-anak dan remaja yang menggunakan media internet perlu dibarengi dengan pemahaman literasi digital bagi mereka.
“Perhatian terhadap perlindungan anak melalui literasi digital untuk anak dan remaja menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan,” ungkapnya.
Berdasarkan data Kemenkominfo, angka literasi digital di Indonesia terus mengalami kenaikan. Indonesia berhasil naik 0,05 poin dari 3,49 pada tahun 2021, menjadi 3,54 poin pada tahun 2022.
Namun, tingginya angka penggunaan internet pada anak ini sayangnya tidak diikuti dengan peningkatan tingkat kegemaran membaca (TGM).
Merujuk data pada 2021, masyarakat yang berusia 25 tahun keatas (golongan pekerja) secara rata-rata memiliki tingkat kegemaran membaca yang tinggi yaitu lebih dari 60 poin dibandingkan dengan mereka yang berusia di bawah 25 tahun (golongan pelajar, mahasiswa), dengan nilai TGM kurang dari 60 poin. Tren nilai TGM-nya kian meningkat sesuai dengan tingkat usia semakin tua.
Hal tersebut terlihat dari adanya paradoks antara penggunaan internet yang tinggi dan kegemaran membaca yang rendah pada akhirnya membawa potensi kerentanan anak terpapar pada konten-konten negatif atau penggunaan internet yang kurang produktif dan berimbas pada waktu maupun sumber daya yang terbuang percuma.
“Perlu upaya serius dari kita bersama untuk meningkatkan kegemaran membaca pada anak-anak sehingga membaca menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan dapat meningkatkan literasi digital pada anak-anak. Dengan begitu, anak-anak semakin cerdas dan bijak dalam memanfaatkan teknologi digital termasuk saat terhubung dengan internet,” pungkasnya.