Sunarti: Festival Gampiri 2024 Diupayakan Bisa Berkelanjutan

Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) Sunart, sumber foto: SR/Akbar
Seruan Rakyat

Seruanrakyat.online, Parigi Moutong,- Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) Sunarti, festival Gampiri 2024, di upayahkan bisa berkelanjutan.

Adapun kegiatan dimulai dari tanggal 15 sampai Sabtu 16 November 2024 di Taman Budaya Hasan Bahasyuan, Kelurahan Masigi.

Bacaan Lainnya

Festival ini merupakan gelar Budaya Masyarakat Parigi Moutong, dengan mengusung tema ‘Merajut kekayaan tradisi lokal daerah dalam Gampiri Budaya’.

Kegiatan itu dihadiri Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Mawardin, mewakili Pj Bupati Richard Arnaldo. Mawardin disambut dengan Tarian Neaju, persembahan SMP Negeri 1 Parigi Utara.

Sunarti dalam sambutanya mengatakan, Festival Gampiri merupakan program di Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Parigi Moutong, dan kegiatan ini diupayakan dapat berkesinambungan setiap tahunya.

Sunarti mengatakan, pada tahun ini telah digelar lomba olahraga tradisional sumpit, rebana tradisional di eks Kecamatan Parigi, pertunjukan adat suku Tialo, Lauje, Tajio dan Kaili, pentas karya Gerakan Seniman Masuk Sekolah, serta lomba foto dan video pendek Festival budaya Gampiri.

Lanjutnya, sebagai sektor penting dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya daerah, selaku OPD yang menangani bidang kebudayaan, memiliki peranan penting dalam upaya pelestarian budaya tradisi lokal daerah, melalui ragam dimensi yang salah satunya adalah ekspresi budaya yang merupakan salah satu pendekatan dalam indeks pembangunan kebudayaan.

Melalui festival Gampiri ini, dapat menjadi wadah bagi pelaku budaya dan seniman dalam mengeksplore dan menampilkan keragaman budaya Parigi Moutong kepada masyarakat luas.

“Pelaksanaan Festival budaya daerah ini merupakan agenda penting, guna menunjukan pesona kekayaan budaya dan kearifan lokal,” tutur Sunarti.

Sekaligus kata dia, dapat menarik kunjungan para wisatawan, sehingga akan menambah pendapatan daerah dan bisa memicu riak ekonomi masyarakat yang bergerak pada bidang usaha kecil menengah yang akhirnya akan menciptakan kesehateraan bagi masyarakat Parigi Moutong.

“Pelaksanaan Festival Gampiri ini sekaligus menjawab kerinduan masyarakat akan pelaksanaan pesta rakyat, juga merupakan upaya pemerintah terkait upaya perlindungan sepuluh objek pemajuan kebudayaan,” tandasnya.

Sementara itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Mawardin, hadir mewakili dan membacakan sambutan Pj Bupati Parigi Moutong, Richard Arnaldo.

Kata dia, semoga melalui ajang ini dapat lebih memperkenalkan budaya dikalangan masyarakat Parigi Moutong agar terus berkembang maju serta lestari sepanjang masa.

Upaya pelestarian seni dan adat istiadat kepada masyarakat harus terus ditingkatkan, agar generasi muda sebagai penerus masa depan dapat mengenal warisan budaya daerah, ditengah arus globalisasi saat ini.

Didalam seni dan adat istiadat, kata dia, memiliki sejuta makna mengandung nilai luhur kehidupan yang bisa dijadikan landasan dalam hidup bermasyarakat.

“Kita percaya daerah ini cukup beragam kebudayaan, contohnya banyak bahasa yang dipakai. Sehingga ini bisa dilestarikan oleh generasi muda,” ucapnya.

Festival Gampiri ini, merupakan bentuk penghargaan terhadap kebudayaan dan upaya melestarikan serta mengembangkan warisan budaya kita.

“Kegiatan ini bukan hanya hiburan tapi media pembelajaran untuk mencintai dan bangga terhadap budaya kita,” pesanya.

Dia juga mengimbau, agar semua pihak termasuk anak muda dapat terlibat aktif dalam upaya pelestarian budaya daerah.

Bahkan, Mawardin juga berharap agar Festival gampiri ini dapat menjadi agenda tahunan.

Pantauan media ini, Festival Gampiri dihadiri perwakilan OPD, Forum Komunikasi Masyarakat Kaili (FKMK), tokoh masyarakat, tokoh adat, budayawan, seniman, tokoh perempuan, pemuda dan para dewan juri, dan peserta Festival dari sejumlah sekolah dan komunitas.

Kegiatan dibuka dengan tari pontanu atau tarian menenun pada masyarakat Kaili di Sulawesi Tengah. Tarian ini merupakan ide garapan dari Kepala Bidang Kebudayaan Dikbud Parigi Moutong, Ninong Pandake, dengan pelatih tari Waldi Setiawan.

Juga ada pertunjukan pencak silat Kontau Baba, dari sejumlah perguruan di wilayah Parigi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *