Seruanrakyat.online, Parigi Moutong– Tahun ini, 23 UPTD Puskesmas di Wilayah Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah mendapat jatah Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Rp 26 miliar.
Hal itu diungkapkan, Kepala Bidang Akuntansi BPKAD Parigi Moutong Darwis , saat ditemui media ini di kegiatan Lokakarya Mini Lintas Sektoral UPTD Pangi di balai pertemuan Kantor Camat Parigi Tengah, Kamis (25/05).
Darwis menjelaskan, untuk tahun ini, 23 puskesmas mendapat dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Rp 26 miliar lebih, dari pemerintah pusat, tertinggi di Sulawesi Tengah yaitu Parigi Moutong.
“Dan yang baru dicairkan itu tujuh miliar, sayangnya sampai saat ini laporan pertanggungjawaban yang masuk di aplikasi resmi puskesmas atau enggar baru sekitar dua miliar” ujarnya.
Selain itu, kata ia, dari angka tersebut, pihaknya merasa khawatir, apakah bisah terealisasi atau tidak, karena yang baru terserap sampai saat ini di kisaran dua miliar.
“Sedangkan untuk pertanggungjwabannya harus dilengkapi dengan SPJ, dan itu harus di upload melalui aplikasi engar , dan di verifikasi oleh dinas kesehatan, kemudian dilaporkan ke BPKAD terkait realisasinya,”ungkapnya.
Lanjut ia, tujuan dari pemerintah pusat terkait pengalokasian anggaran, agar penyerapannya lebih besar sehingga di salurkan ke kas puskesmas
“Berbeda dengan tahun sebelumnya, yang penyalurannya langsung ke kas daerah kemudian diajukan sppnya, tetapi tahun ini mengalami perbedaan karena anggarannya langsung masuk ke puskesmas dengan harapan lebih cepat realisasinya, “terangnya.
Ia menambahkan, terkait dengan porsi anggaran tahun sebelumnya pihaknya tidak mengetahui keran harus berdasarkan data.
“Tetapi yang pasti tahun ini anggaran BOK untuk 23 puskesmas lebih besar, bahkan lebih besar sekabupaten sulawesi tengah,” terangnya.
Kepada Media ini Jumat (26/05), Kepala Sub Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Parigi Moutong Sofiani, menuturkan, dana Bok untuk 23 puskesmas itu bersumber dari Dana Alokasi Khusus (Dak) non-fisik,
“Dari Dak non-fisik itu dibagi menjadi dua, kemudian disalurkan ke rekening puskesmas masing dengan total pagu anggaran 26 miliar lebih, ” ungkapnya.
Ia menjelaskan, total anggaran tersebut digunakan untuk pembiayaan Kematian Ibu dan Anak (KIA), penemuan kasus hiv aids, tbc, hepatitis, transportasi kegiatan pencegahan penanggulangan penyakit, edukasi dan bimbingan, program perencanaan persalinan, tumbuh kembang balita dan penganggaran insentif UKM tenaga lapangan atau manajemen yang terlibat langsung dengan kegiatan dana BOK.
“Sampai dengan april kemarin, dana BOK 26 miliar lebih itu, yang sudah terealisasi di tahap satu sekitar tiga miliar lebih, atau 12,9 persen,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, anggaran di tahap satu masih berlanjut karena terdapat sisah, sehingga masing-masing puskesmas masih melakukan kegiatan agar ada laporan ke bagian akuntansi BPKAD untuk dikeluarkan SPB, kemudian di upload sebagai syarat pencairan tahap duanya.
Ia menambahkan, untuk anggaran tahap satu yang masuk ke rekening 23 puskesmas sekitar tuju miliar, yang sudah terealisasi tiga miliar lebih,
“Setiap tahun kita ada silpa, jadi tidak bisa kita realisasikan, memang beberapa masalah, kalau di tahun sebelumnya insentif sering terlambat untuk direalisasikan, karena ada perubahan maupun pergeseran makanya terlambat untuk direalisasikan,” bebernya.
Sofiani mengaku optimist, realisasi penggunaan anggaran 26 miliar di tahun ini harus selesai, karena anggarannya langsung masuk ke rekening puskesmas, walaupun sistemnya masih mengikuti tahun sebelumnya,” pungkasnya.