Dugaan Pungli Di PETI Tombi Satu Talang Rp 10 Juta, Warga Pertanyakan Dasar Hukum

Parigi Moutong, seruanrakyat.online- Dugaan Pungutan Liar (Pungli) pada Aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Tombi, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong yang disebut dilakukan Pemerintah Desa setempat, dengan mematok harga Rp 10 Juta per talang, warga mempertanyakan dasar hukum.

Adanya dugaan pungutan tersebut, sontak memicu pertanyaan besar di kalangan publik dan pihak terkait, mengenai legalitas dan peruntukan dana yang dilakukan ole pemdes setempat.

Apalagi, status aktivitas PETI di wilayah  Tombi merupakan kegiatan ilegal atau tidak berizin.

Melansir dari situs resmi gemasulawesi.com, berdasarkan pengakuan narasumber yang berhasil diwawancarai, beredar informasi mengejutkan mengenai adanya pungutan sejumlah Rp 10 juta per talang (unit tambang) yang diberlakukan di tingkat desa.

Warga yang memberikan keterangan merasa keberatan dan mempertanyakan transparansi kebijakan ini.

“Apa dasar pungutan tersebut, sementara aktivitas tambang wilayah Tombi itu ilegal?” ujar narasumber yang meminta identitasnya dirahasiakan.

Merujuk pada kejanggalan dalam administrasi di lokasi PETI, Kepala Desa Tombi Kecamatan Ampibabo, Baso yang Dikonfirmasi belum memberikan tanggapannya.

Sementara itu Camat Ampibabo, Darwis, saat dikonfirmasi Kamis, 11 Desember 2025 mengaku tidak mengetahui persoalan tersebut.

“Saya tidak mengetahui berkaitan dengan persoalan pungutan Rp10 juta per talang,” ungkapnya.

Ia mengaku, pihak kecamatan tidak mengetahui masuknya semua pelaku tambang.

Bahkan kata ia, pelaku tambang umumnya langsung berkomunikasi dengan Masyarakat setempat pemilik lahan dan tidak lagi berkoordinasi dengan pihak Kecamatan.

“Jika hal ini diberitakan saya sangat mendukung, rencananya kami juga akan melaporkan persoalan ini pada Bupati, saat ini sedang mengumpulkan data untuk dijadikan bahan laporan,” tuturnya.

Belum diketahui secara pasti apakah dana tersebut merupakan inisiatif desa, pungutan oknum, atau mekanisme lain yang tidak memiliki landasan hukum yang jelas.

Situasi ini menuntut perhatian serius dari aparat penegak hukum dan Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong untuk menertibkan aktivitas ilegal dan dugaan penyimpangan administrasi di lapangan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses