Parigi Moutong, seruanrakyat.online – Proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, berpotensi molor, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Sakti Lasimpara memastikan akan memutuskan kontrak apabila batas waktu 14 Desember 2025, CV Arawan tak menyelesaikan pekerjaannya
“Terkait proyek gedung Perpustakaan ini, kalau kita lihat memang memprihatinkan. Dari luar kita lihat, sepertinya tidak bisa dicapai sesuai ketetapan waktu dalam kontrak,” ungkap Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (Dispusarda) Parimo.
sekaligus PPK Proyek, Sakti Lasimpara di Parigi, Jum’at, 28 November 2025.
Hingga pada minggu ke-27, progress proyek gedung baru yang dikerjakan CV Arawan mencapai 80 persen, minus 6 persen dari target 86 persen.
Sakti menilai, minus 6 persen sangat membahayakan. Sebab, jika hanya bergerak satu hingga dua persen, defiasi negative tetap akan terjadi, sehingga sangat berisiko.
“Saya selaku pengendali sudah memperingati. Bahkan, besok saya akan memberikan SCM dua kepada pihak pelaksana, untuk memastikan bahwa pekerjaan ini betul-betul diseriusi,” tegasnya.
Ia pun memutuskan, tidak ada kemungkinan pertimbangan memberikan tambahan waktu, addendum atau apapun kepada pihak pelaksana.
Selain itu, ia meminta pihak pelaksana fokus terhadap pekerjaan yang telah direncanakan sesuai desain bangunan Gedung Perpustakaan sebagai rujukan.
“Jangan mereka berdalih, mencari hal-hal yang memudahkan. Kalau itu niatnya memudahkan, akan mengurangi nilai kualitas pekerjaan dan pasti akan dampak pada masa penggunaan bangunan.
Hal itu, lanjutnya, tak akan diizinkan. Apalagi sejak awal, pihaknya sangat keras terhadap persoalan itu, sehingga tidak ada ruang yang akan diberikan, karena telah beberapa kali diingatkan.
“Setelah nanti kami berikan SCM dua dan dievaluasi minggu depan tidak ada peningkatan progress, kami akan SCM tiga, hingga terancam kami putus kontrak,” tukasnya.
Saat ini, kata ia, yang menjadi permasalahan ialah pekerjaan pemasangan kaca dengan spesifikasi pabrikan dan berdasarkan perhitungan pihak pelaksana sangat berisiko tinggi serta telah disampaikan oleh tim teknis.
Bahkan, menurutnya pihak pelaksana yakin dengan desain banguan sebagai rujukannya. Namun, belakangan mereka berupaya mengubah spesifikasi kaca pabrikan menjadi one way, yang dapat mempengaruhi nilai estetika gedung tersebut.
“Karena menyerupai jaring laba-laba, yang banyak rangkanya. Kondisi ini, tidak seperti apa yang direncanakan. Sementara gedung ini, salah satu gedung di Indonesia yang uniknya di (kaca) itu. Bahkan, tim asisten pusat menyetujui dan mengapresiasi keunikan tersebut,” ungkapnya.
Selain persoalan nilai estetik gedung, perubahan spesifikasi kaca juga dikhawatirkan akan mempengaruhi daya tahan. Sebab, dari sisi harga berbeda dengan spesifikasi pabrikan.
Berdasarkan laporan pihak pelaksana, terjadi selisih harga sebesar Rp100 juta lebih, jika spesifikasi kaca diubah. Sehingga, harus dilakukan perubahan analisas hingga kontrak dalam waktu yang tidak lagi memungkinkan.
“Saya sudah mengkonfirmasi tim perencananya, tim pengawas dan tim teknisnya, bahwa saya tidak akan memberikan ruang untuk itu, karena saya fokus dengan desain awal dan analisasi yang telah disepakati empat bulan lalu, tukasnya.
Sakti menilai, jika hari ini terjadi sejumlah permasalahan, artinya pihak pelaksana tidak melakukan analisasi sejak awal, dan terkesan hanya ingin mendapat proyek saja.
“Menurut mereka kalau itu (kaca one way) lebih mudah pengerjaannya,tetapi bagi saya, bukan soal itu. Ini sudah didesain, sudah ada analisasnya dan melakukan penawaran. Kalau saat ini menjadi masalah, berarti ada apa?” tegasnya.
Berdasarkan informasi diperoleh pihaknya, kaca belum dipesan pihak pelaksana yang hanya ada di Surabaya. Artinya, tingkat risiko cukup tinggi dan dipertimbangkan untuk dilakukan pemutusan kontrak.
Ditambah lagi, ornamen lantai dua belum rampung, sehingga pengerjaan teras belum bisa dikerjakan.
“Katakan pekerjaan lain selesai, tapi kacanya baru dipesan, denda akan berjalan terus. Makanya, mereka merasa kami tidak berikan ruang, sehingga menggunakan orang-orang hebat itu untuk menekan kami di dinas. Saya oranya tidak suka ditekan, kalau begitu justru lebih tidak bagus,” pungkasnya.
