Kepala Balai Bahasa Sulteng Sebut, Negara Hadir Perkuat Budaya Literasi Generasi Muda

Parigi Moutong, Seruanrakyat.online — Budaya literasi di kalangan anak muda harus diperkuat agar tidak sekadar menjadi aktivitas sesaat, tetapi berkembang menjadi tradisi bahkan budaya. Untuk itu pentingnya kehadiran negara dalam mendukung komunitas literasi di daerah.

Hal ini ditegaskan oleh Kepala Balai Bahasa Sulawesi Tengah, Dr. Syarifuddin, M.Hum, saat membuka kegiatan Berbagi Praktik Baik dalam Temu Pegiat Literasi, di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sou Mpelava, Sabtu 27 September 2025.

Kegiatan ini merupakan rangkaian acara dari program Fasilitasi dan Pembinaan Kelompok Masyarakat: Apresiasi Bagi Komunitas Literasi Tahun 2025, yang diberikan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah pada TBM Sou Mpelava.

Menurutnya, tahun ini akan menjadi patokan untuk pemberian bantuan literasi di masa mendatang. Karena itu, ia mendorong komunitas literasi  memperbanyak kegiatan dan memperkuat konsolidasi agar program seperti ini mendapat perhatian berkelanjutan.

“Keberadaan negara hadir untuk bagaimana teman-teman itu mengelola komunitas-komunitas literasi yang memang sasarannya anak muda, agar mereka dekat dengan buku,” jelas Dr. Syarifuddin.

Ia menegaskan, proses literasi yang kini berjalan harus diarahkan menjadi tradisi, hingga akhirnya melekat sebagai budaya.

“Kalau sudah budaya, membaca bisa dilakukan di mana saja, bahkan di ruang sederhana,” tambahnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga membagikan pengalaman pribadi saat menyelesaikan disertasinya yang mencapai lebih dari seribu halaman. Menurutnya, pencapaian itu tidak lepas dari kebiasaan membaca dan konsistensi mengakses ratusan sumber bacaan.

Syarifuddin menuturkan, semasa menempuh pendidikan, dirinya bahkan ditargetkan membaca dan mempresentasikan dua buku setiap hari. Kebiasaan tersebut diyakini mampu membangun daya ingat, menguatkan mental, serta menjadikan literasi sebagai bekal berbicara dan menulis.

“Buku itu adalah kami sebagai pengarang atau penulisnya. Kita memang sudah membangun tradisi membaca, dan itu yang membuat kita mudah mengingat dan percaya diri,” pesannya.

Pos terkait